selamat datang di blog penuh senyuman jadi anda wajib senyum ya ^_^

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 14 April 2012

anak kecil dan harapan kecilnya



Malam itu tetap hangat walau salju turun lebat. Jalanan terlihat sejajar dengan trotoar akibat tumpukan salju. Berjuta bintang menemani bulan yang sepi. Anak kecil itu masih tetap terjaga di pelukan ibunya. Mereka sama-sama menatap bintang dari atas teras balkon lantai dua di sebuah apartemen, sambil minum coklat hangat. Anak kecil itu di pakaikan jaket tebal, syal berwarna putih, dan topi rajutan oleh ibunya agar ia tidak beku di dinginkan salju. Kelihatannya  anak kecil itu mulai bosan dan mengantuk, tapi syukur coklat hangatnya sudah habis di minum. Kelopak matanya mulai sayu dan mulutnya terus menguap. Ibu yang terus memerhatikan langsung mengantarnya ke kamar.

Selagi ibu menyelimutinya, anak kecil itu bertanya.
“Bunda, apakah peri itu ada?”
“hmmm kalau menurut kamu ?”
“uhmm mungkin ada”
“kalau ada, dimana dia sekarang ?” sambil tersenyum ibunya bertanya lagi
“aahhh bunndaaaa, aku kan ngak tau!” anak kecil itu menggurutu sambil menarik selimut tebalnya keatas kepala. Namun ibunya hanya terseyum sambil merapikan kembali selimut anaknya. Dengan suara manja anak kecil itu berandai-andai
”Bunda, jika peri itu ada aku ingin berteman dan bermain dengan dia lalu mengenalkannya pada bunda”. Ibunya tersenyum lagi, kemudian  mencium pipi anaknya sambil berbisik “mimpi indah sayang, I love you”. Anak kecil itu masih tak mengerti maksud ibunya. “sekarang kamu tidur ya, biar bunda yang hidupkan lampu tidurnya” setelah itu ibu keluar dari kamar anaknya tapi sebelum ibunya keluar anak kecil itu berteriak nyaring, “Bundaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Ibu yang kaget mendengar suara itu langsung berbalik melihat kearah anaknya.
“haa kenapa nak, ada apa ?” sambil melangkah dekati anaknya.

Anak kecil itu diam namun matanya penuh pertanyaan sementara mulut kecilnya terus mengerut. Hingga lima detik kemudian ia mulai berbicara memecahkan keheningan “Bunda belum jawab pertanyaanku” dengan suara cadelnya anak kecil itu  memelas jawaban.
“hahaha maafkan bunda sayang, bunda kira kamu sudah tau jawabannya.”
“aku ngak tau bunda” anak kecil itu tampak tak sabar menunggu jawaban ibunya
“…ah iya maafkan bunda, uhm peri itu tidak ada sayang. Yang ada adalah malaikat Tuhan, besok akan bunda ceritakan tentang malaikat itu, sekarang kamu tidur ya.” Sahut wanita paruh baya itu dengan suara yang lembut. Sementara anak kecil itu mulai memejamkan mata dan ibunya menutup pintu kamar pelan-pelan.

Tidak lama setelah ibunya keluar  anak kecil itu bangun lalu beranjak menuju jendela kamarnya.
Ia meniup kaca jeldela berkali-kali, hingga timbul embun. Lalu menuliskan I love you too mom dengan jari telunjuk kecilnya. “malaikat Tuhan, uhmm” bisik anak kecil itu. Kedua siku tangannya menopang di kosen jendela sementara dagunya tertopang oleh tangan kanan dan kirinya.

“tuhan bolehkah saya membuat dua harapan saja. Saya ingin besok pagi malaikat Mu membangunkan saya lagi, karena saya ingin menemani bunda di dunia. Kasihan bunda, katanya ia hanya memiliki saya didunia ini.  Sedangkan sebentar lagi saya akan bertemu dengan ayah di surga, tapi bagaimana dengan bunda, dia sendiri di dunia. Tuhan, harapan ku yang kedua, tolong jaga bunda ketika saya telah tiada. Buatlah hidup bunda bahagia dan ceria seperti dulu lagi, ketika ayah merayakan ulang tahunnya di Nami Island saat winter”. Tanpa terasa pipi anak kecil itu mulai basah karena air mata. Bahunya bergetar karena menahan tangis. Matanya terpejam sambil memegang jantungnya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan lainnya menutup mulutnya agar tidak menagis terisak-isak. Anak kecil itu sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagi, namun ternyata ia masih lemah. Ayah anak kecil itu sudah genap setahun meninggal akibat serangan jantung. Di tinggal pergi sang ayah dan kelainan jantung yang ia derita sejak lahir membuat ia tegar dan dewasa menghadapi hidup walau umurnya masih belum mencapai remaja.

Setelah mengadu pada Tuhan yang Maha Esa ia tersenyum pada bintang yang paling terang kemudian mengedipkan mata sebelah kanan. Melihat bintang adalah hobinya, jadi tidak heran ia memiliki teropong bintang di kamarnya sendiri. Itu adalah  kado ulang tahun dari ayahnya. Setelah lama berdiri kakinya mulai pegal, ia kembali ke tempat tidur dan memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya..
“nak.. bangun. Ayo kita madi dulu, setelah itu sarapan, bunda sudah buatkan sandwich untukmu” kata sang ibu dengan lemah lembut. Namun anak kecil itu masih belum menjawab ibunya, ia hanya mensentak-sentakan kakinya sambil menarik selimutnya lagi.
“nak.. ayo bangun sayang tuh mataharinya udah capek senyum sama kamu, tapi kamunya malah cuekin dia. Hmm hari ini cerah yaa, kan sayang kalau hari cerah gini kita masih tidur-tiduran dikamar, ayo bangun” kata ibunya merayu lagi. “haah malaikat Tuhan…” kata anak kecil itu yang masih setengah sadar. Ibunya terdiam. Anak kecil itu langsung duduk sambil terseyum pada ibunya. “Bunda, aku sayang bunda dan aku akan selalu menjaga bunda. Terimakasih sudah membangunkanku pagi ini”. Kata anak kecil itu, yang langsung memeluk ibunya. Dan ia langsung membalas senyum matahari pagi dengan kedipan mata sebelah kanan selagi dalam pelukan ibunya.

Setelah selesai mandi mereka mencicipi sandwich dengan teh hangat buatan ibu. Biasanya mereka melakukan hal ini bertiga dengan ayah. Namun lambat laun kebiasaan itu sudah mulai mereka lupakan untuk menghilangkan rasa rindu yang menggebu pada sang ayah. Raut wajah anak kecil itu terlihat berseri bahagia. Karena Tuhan telah mengabulkan harapanya semalam dan ternyata malaikat Tuhan yang membangunkan ia adalah ibunya sendiri. Hal ini membuat semangat hidupnya menjadi kian membara.

Setiap kali ia bahagia ia selalu menyampaikan perasaan itu kepada matahari dan bintang yang paling terang, dengan cara tersenyum dan mengedipkan mata sebelah kanannya pada mereka. Itu adalah kebiasaan ayahnya dan ia diajarkan seperti itu oleh ayahnya saat berumur empat tahun. Ibu yang melihatnya dari tadi dapat mengetahui bahwa anaknya sedang bahagia. Namun ibunya tidak tahu kenapa anaknya sebahagia itu.

Anak kecil itu masih mengunyah potongan sandwich dalam mulutnya, sebelum kunyahan itu habis ia langsung menggigit sandwich lagi yang ia pengang dengan kedua tangan kecilnya. Ukuran gigitan itu besar sehingga mulut kecil nya terlihat penuh. Melihat pipi dan mulut anaknya menggembung sang ibu pun tertawa renyah. Anak kecil itu semakin semangat mengunyah dan kemudian ikut tertawa bersama ibunya.

2 komentar:

Azura Zie mengatakan...

Ibu bukan sekedar malaikat Tuhan, tapi ibu adalah seperempat nikmat yang telah tuhan berikan..

typo-madi

suhaila gani mengatakan...

iyaa :)
subhanallah .

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Template by:
Free Blog Templates